Rabu, 28 Maret 2012

Ukhuwah yang menggerakkan


UKHUWAH YANG MENGGERAKKAN PART#1


”antum ikut kopdar kang?”.tanya seorang teman. “Ikut dong,,,”enteng saja aku jawab, padahal sebenarnya aku masih bingung bisa ikut atau tidak, soalnya tanpa di duga acara porseni RA se-Jakarta selatan akan di adakan tgl 24-3-2012 di ancol, yang parahnya lagi aku diamanahi memegang kendali sebagai korlap...ngurusin orang 2 bis ”kumaha yeuh jadi riweuh urusannya”, belum lagi ahadnya, biasanya ada agenda dadakan dari struktur, malah ketika ku Tanya pada komandan, jawabnya  enteng banget”antum kan tau sendiri , kalo ada agenda struktur biasanya kita baru di kasih kabar H-2nya”.gubrak….makin galau aja hati ini, tapi bismilah aku harus tetap ikut gimanapun caranya, mau di bogor atau di bandung…akan aku jabanin…


H-8 aku mendapat smsnya dari teh Bonit, setelah sebelumnya meneriman sms dari teh fatonah, kira-kira isinya begini”kang, kalau ada waktu sms ya”, kemudian akupun membalas sms itu, intinya teh bonit ngajakin survey Villa di daerah Bogor, lalu dengan mudah pula aku jawab” insya Alloh bisa teh tapi mungkin habis dzuhur, karena pagi-sampai dzuhur saya ada amanah lain”…intinya sejutu besok survey bada dzuhur, timbul lagi pertanyaan dalam hatiku ”ngajak siapa ya?paling kang opik..itupun kalo dia bisa, kalo nggak ya udah jalan sendiri aja..” jadi inget kata-kata salah seorang teman saat kopdar 2   “jalani dengan hati” begitu sih katanya…ya sudah jalani aja.


Keesokan harinnya  H-7, ada kejutan..ternyata mybro kang Andra sudah sampai di Jakarta, setelah beberapa hari sebelumnya dia mengabarkan mo pulang dulu ke Jakarta mo ngurus paspor ma KTP katanya, dan pagi itu dia langsung bergabung dengan kami menjalankan aksi rutin bulanan yaitu Baksos di RW 07 pejabat, sebenarnya pagi itu aku masih was-was,”bisa kekejar gak ya waktunya ketemuan  dengan teh Bonit bada dzuhur di cibinong????”pikirku berkecamuk,.


Pagi  itu teh bonit telepon lagi”kang kalo sebelum dzuhur bisa gak, kayaknya kalo bada dzuhur kesorean”, lalu aku jawab”insya Alloh diusahakan teh ”..aku langsung melapor ke komandan”Afwan ustadz ane izin jam 11an ya..??”kataku. “ente mo kemana”,selidiknya “mo survey villa di bogor buat acara bareng temen-temen minggu depan”jawabku.”hah..buat acara minggu depan baru survey sekarang??”katanya sambil tersenyum”gitu deh..maklumnya kita kan orang sibuk,he,he..”jawabku cengengesan.


Tapi ujung-ujungnya akupun gak tega ninggalin acara yang belum kelar, lalu kang andra bertanya”ente jadi survey?? “ujarnya.”insya Alloh jadi” jawabku”sama siapa?”lanjutnya.”kayaknya sih sendiri, tapi di Bogor teh Bonit nunggu jam 11an”kataku. “udah ….abis dzuhur aja..kalo abis dzuhur ane ikut”katanya.”Alhamdulillah…ada temen juga akhirnya”. Dan Aku pun segera mengkonfirmasi teh Bonit, bahwa aku baru bisa jalan bada dzuhur.


Singkat kata singkat cerita..sampailah kami di cibinong, aku langsung telephon teh Bonit, tapi tak ketemu jua posisi nunggunya dimana…akhirnya mampir  dulu ka Alfa mart, nyari yang bisa ganjel perut, apalagi kang Andra belum sarapan dari pagi..gak sempet..kita bener2 kayak orang sibuk,he,he..beberapa menit menunggu gak ketemu juga, akhirnya aku telephon lagi ”teteh kita ketemuan di pom bensin warung jambu aja ya”kataku, dan teh Bonit pun mengiyakan”


Akhirnya ketemu juga kita di sebrang plaza jambu dua, tempat yang hampir setiap hari aku kunjungi waktu masih di Bogor…he,he (mengenang masa lalu), ternyata teh bonit berdua sama adiknya mengendarai motor metic, beliau memimpin rute membelah jalanan kota bogor yang berkelak-kelok dipenuhi oleh berbagai macam kendaraan yang siang itu cukup memadatkan jalanan kota hujan itu, maklumlah akhir pekan... bahkan kami sempat beberapa kali ketinggalan oleh teh bonit, tapi tenang aja aku hafal betul jalanan di kota bogor..soalnya gini-gini juga aku pernah jadi warga bogor..


nah lho..kok malah yang senior-senior yang pada semangat..yang muda-mudanya pada kemana??? Ujar kang Andra, membuyarkan bayangan masa laluku di tempat2 yang ku lalui sepanjang kota Bogor.”tau deh..pada sibuk kale..tapi kita juga masih muda kan?he,he..(obrolan di perjalanan)…….
.

Villa demi villa kami datangi, villa pertama indah banget...cuman..kurang kondusif buat kita orang muslim, karena banyak aroma dan simbol-simbol non muslim..
Villa kedua indah cuman suasananya kayak perumahan, dan harus minta rekomendasi kepada salah seorang anggota DPR RI, dan villa ke tiga cukup indah, luas, fasilitas lengkap, namun letaknya cukup jauh dari jalan utama.... 


Hmm...sudah tiga villa kawan….tapi belum nemu yang cocok..sedangkan hari sudah mulai gelap, mentari sudah hampir kembali keperaduannya..langit pun sudah berganti wajahnya…oh ternyata senja mulai menyapa…tapi yang di tuju belum kami dapatkan jua…


 Gerimis mulai mengiringi perjalanan kami di senja itu, teh Bonit nampak sibut menelephon salah seorang kawannya menanyakan alamat villa yang akan kami datangi selanjutnya, wow ternyata masih jauh kawan,…masih naik lagi…bahkan sempet nyasar juga dan berhenti sejenak di dekat pintu gerbang Perkebunan ciliwung, kemudian nyasar lagi keatas, tapi itu mungkin proses nyasar yang indah buat kami kawan…karena dari atas kami dapat menikmati pemandangan senja yang indah di iringin gerimisnya air hujan, sampai akhirnya kami di antar oleh seorang tukang ojek,,.menuju villa yang dimaksud..villa kikin…(Bersambung)






Kamis, 13 Oktober 2011


SEPOTONG KISAH DALAM UKHUWAH

Pagi itu mentari singgah begitu cerah dilangit pejaten yang indah, udara pagi yang sejuk mengiringi, tapi masih ada sesuatu yang mengganjal di dalam hati, rasa ingin sekali menepati janji…janji kepada seorang teman untuk membantu mempersiapkan sebuah acara namanya KOPDAR RUANG MUSLIM PART 2 di kebun Binatang Ragunan, tapi nampaknya ada skala prioritas yang harus aku jalani. 

Pagi itu ada dua jadwal yang tidak bisa aku tinggal…jadwalku mengajar, dan juga Majelis taklim pekanan yang kebetulan pagi itu yang bertugas menjadi MC adalah temanku Ust. Mulyadi, beliau berhalangan dan mengamanahkannya padaku, akhirnya aku laksanakan amanah itu dan bersyukur karena pagi itu jadwal KH. Ruslan Effendi (ust. Lani) dulu beliau sering tampil di TPI setiap minggu pagi, beliau adalah salah satu guru tetap di Majelis talim asy-syifaa’ (tempat tinggalku) setiap minggu ke-2.

Akhirnya aku hanya menawarkan kepada temanku apa yg bisa aku bantu atau aku persiapkan, tapi katanya alhamdulilah semua dah ada PJnya dan dia hanya meminjam sebuah Megaphone saja, walaupun sebelumnya aku tawarkan wireles biar lebih meriah, tapi katanya”berat tar kita kan mo muter-muter”. Oiya kawan..temanku itu namanya Muhammad Taufik NA aku biasa memanggilnya kang Opik walau usianya jauh dibawahku, maklum sama-sama orang Garut,he,he.. .
****
Jam dinding Masjid menunjukkan pukul 9.00 WIB tapi pengajian belum juga usai karena tadi ustadz Lani datangnya agak telat, tapi sebenarnya bukan itu masalahnya aku janji kepada kang opik akan datang sekitar jam.9.00an, ya sudahlah aku agak terlambat, lagian materi pengajian pagi itu begitu dahsyat makian memperkuat Aqidah di dalam diri apalagi di paparkan oleh seseorang yang begitu aku kagumi ilmu dan kesholihannya.

Jam 9.15 WIB Ustadz Lani mengakhiri kajiannya, walaupun sebenarnya para jamaah masih antusias untuk bertanya, tapi beliau harus segera meluncur ketempat lain, karena tadi sudah beberapa kali Hpnya berdering mengkonfirmasi kehadirannya. Taklim pagi itu pun aku tutup dengan hamdalah dan do’a kafaratul majelis, sebelum akhirnya aku bergegas merapihkan masjid dan segera ganti pakaian dan menuju motorku di halaman depan…aku segera memacu laju sepeda motorku dengan kecepatan tinggi…ya sekenceng-kencengnya motor smash tahun 2005 yg Cuma 110cc gimana seh….
****
Aku sengaja memutar arah kearah samali melewati warung jati dan keluar di warung buncit, untuk menghindari macet di Pasar Minggu dan di Pejaten Village, walhasil lumayan efektif walaupun di perempatan mangga besar kearah ragunan cukup padat dengan kendaraan yg punya tujuan yang sama denganku yaitu kebun binatang ragunan, biasa…hari minggu rekreasi murah meriah..tapi tetap indah dan ramah…heuheu…

Hanya 15 menit waktu yang kubutuhkan untuk sampai di Parkiran utara Kebun Binatang Ragunan, wah…padet buanget parkirannya sampai-sampai aku harus antri cukup lama, mana perut mules lagi, xixi….akhirnya tiba juga giliranku, aku segera membayar tiket 8ribu rupiah untuk tiket dan parkir, setelah memarkir motor aku segera mencari kamar mandi….alhamdulillah ya…akhirnya…..akhirnya sampai juga di kebun binatang ragunan.
****
Baru beberapa langkah aku melewati petugas karcis, tiba-tiba HPku berdering..wah mana tuh HP, saking buru-burunya aku lupa tuh HP disimpan dimana, oh ternyata terselip ditas kecilku. Ternyata dari kang Opik, “kang sae ente dimana”katanya. Saya dimenuju kearah masjid, posisinya dimana pik?jawabku.lalu dia menjawab” di dekat kandang beruang sebelah kanan, ikuti aja arahnya”. Oc dech “kataku.

Kawan…ini sebenarnya kesekian kalinya aku memasuki kebun Binatang Ragunan, bahkan  aku pernah juga jadi panitia Porseni RA(Raudhatul Athfal Se-Kec.Pasar Minggu) di Ragunan, jadi hampir semua sudut pernah aku telusuri, tapi kok masih aja keder ya…bahkan aku harus bertanya beberapa kali untuk menuju tempat yang dimaksud oleh Kang Opik, euleuh-euleuh..aku berputar-putar di sekitar kandang beruang, sebelum akhirnya kang Opik bilang “ente tunggu disana ane dah liat ente”.

Ternyata jauh dari dugaanku..aku kira acara dah dimulai dan temen-temen dah Kumpul…ternyata eh ternyata baru Kang Opik saja dan temannya yang pernah aku kenal waktu mabit di Masjid AL-Azhar II, yang pada akhirnya aku mengenalnya dengan nama akh Mubarok..ternyata orangnya bocor juga ya,,,bisa diajak bercanda, maklumlah saya kan orang SUNDA (SUKA BERCANDA) he,he…beberapa saat kami berbincang akhirnya akhwatnya pun pada berdatangan…sebelumnya sudah datang kang Iqbal yang baru aku kenal bersama seorang anak laki-laki yang lucu yang semula aku kira itu anaknya…eh ternyata Albi jagoannya Teh Bonit,…. aku salut dg kang Iqbal…untuk acara pagi itu dia harus datang jauh-jauh langsung dari Purwokerto,..sungguh jarak yang tidak dekat kawan….demi ukhuwah dan niat yg tulus….

Beberapa menit berlalu kami dan para akhwatnya hanya saling membelakangi, mungkin malu kali ya…kan belum pada kenal, apalagi aku sebagai pendatang baru di dunia RMer, he,he..sampai akhirnya teh Bonit menyapa kami, atau bahasa lainnya mengabsen lah..”yang mana kang Opik?,yang mana kang Sae?dan yang mana kang mubarok?” katanya. Akhirnya kami saling menunjuk satu sama lain..

Adzan dzuhur terdengar merdu di telingan kami, padahal acara belum kami buka…akhirnya kami memutuskan untuk pindah tempat di depan Masjid Ragunan agar aksesnya lebih dekat dengan Masjid dan juga tempatnya lebih teduh..alakuli hal tikar pun sudah kami pindahkan dan ikhwannya  izin untuk sholat dzuhur terlebih dahulu, sedangkan akwatnya menunggu barang2 sambil melepas kerinduan diantara mereka.

Shalat pun usai kami laksanakan dengan penuh kerendahan diri kepada sang pencipta,..dan peristiwa itupun terjadi, langit berduka dan menitikan air matanya….tetapi pohon-pohon bersuka cita, dan kodok menari kegirangan. Kami segera berlari untuk mengamankan barang2 dan segera mencari tempat berteduh, ternyata semua tempat berteduh sudah sesak dipadati pengunjung, kamipun berpisah dari rombongan, aku sempat membuat tempat berteduh darurat, tapi nampaknya sia-sia saja…karena hujan begitu dahsyatnya, sampai pada akhirnya ia berhenti sesaat, kami memutuskan untuk menggelar kembali tikar dan memulai kembali acara dengan makan siang, hanya berselang beberapa menit saja hujan kembali deras, kami kelabakan mencari tempat berteduh, aku, kang Opik, kang Mubarok, dan kang Iqbal melanjutkan makan siang dibawah pohon besar yang agak teduh…lumayan ampe abis makanan cukup aman..tapi nampaknya akhwatnya agak kesulitan mencari tempat berteduh.

Cukup lama hujan tak kunjung reda, sampai seluruh pakaianku basah dari luar ampe dalam, bahkan jaket kulit andalanku yang biasanya tak tembus air hari itu menyerah juga. Kami berteduh ditempat yang tidak terlalu nyaman karena biasan air masih menerpa badan, tapi ada sesuatu yang berbeda dengan Albi(putranya teh Bonit,red), dia begitu riang dan gembira bermain2 dengan hujan, aku sempat juga bermain kejar-kejaran dengannya ditengah hujan yang mendera, sampai akhirnya ia menyerah juga karena kabulusan (menggigil kedinginan dalam bahasa sunda).

Di saat-saat berteduh itu ada usualan untuk melanjutkan acara di rumahku atau di rumah kang Opik, tapi nampaknya kalo dirumahku kurang kondusif karena memang aku tinggal diasrama sekolah, akhirnya diputuskan untuk dilanjutkan di rumah kang opik, dan kami segera bergerak untuk melaksanakan usulan tersebut, tapi sebelumnya kami harus menemui kang Miftah dulu di masjid, kang miftah yang mana ya orangnya….???? Cukup sulit mencari seseorang di keramaian, ditambah lagi HP kang miftah sudah tak bisa dihubungi padahal sebelumnya teh bonit masih bisa menghubunginya dan kang Miftah berkata bahwa dia sudah ada di masjid, sampai akhirnya kang Mubarok mengambil inisiatif untuk menghapirinya di dalam masjid, padahal dia pun belum pernah berjumpa dengan kang Miftah secara langsung,,,nekat juga ya,he,he…saya sempet kaget juga ketika dia masuk masjid  dengan membawa megaphone, saya kira dia mo teriak-teriak didalam masjid dengan memakai Megaphone tersebut, he,he..kebayang ya…tapi hal yang saya takutkan tersebut tidak terjadi.

Beberapa saat menunggu kang Miftah tak kunjung datang, bahkan sang pencaripun yaitu kang Mubarok tak kelihatan batang hidungnya,,hmm hampir-hampir aku mau umumkan mereka via toa masjid, he,he …tapi kang Mubarok keburu muncul dan bekata”ane udah ketemu kang miftah, beliau sedang menuju kesini”. Wah hebat juga ente gimana cara mencarinya kan belum kenal, kata seorang teman. Lalu ia berkata lagi”ane cari yang celananya ngatung dan berjenggot”katanya. Gubrakk… ada-ada aja nih kang mubarok…singkat kata-singkat cerita, kami sudah bertemu dengan kang Miftah dan teh Nada dan kami segera membagi kelompok, yang naik angkot ikut teh Fatonah dan yang naik motor ikutin aku..

Tiba diparkiran suasana begitu semraut karena setiap orang maen serobot untuk keluar dari parkiran, mungkin mumpung hujan lagi reda kali ya…dan aku pun berpisah dengan kang Miftah dan teman-teman yang lain karena letak parkir motorku agak jauh, tiba diparkiran aku segera memakai helm dan menyalakan mesin…tapi ada yg tak biasa dengan motorku…beberapa kali aku menyelah tapi mesin tak kunjung hidup, bahkan aku sempat membuka cup busi untuk memastikan perapiannya..namun tetap gak bisa, aku terdiam sesaat, tiba-tiba lewat di depanku teh Winda dan teh Rhepi, mereka sempat keheranan melihatku terdiam, tapi aku bilang duluan aja, teman-teman dah menunggu di depan.

Aku berusaha tenang menghadapi semuanya, tiba-tiba tak jauh dari motorku terjadi sebuah musibah, sebuah dahan pohon cukup besar jatuh menimpa motor yang ada di bawahnya, untung saja tak ada orang dibawahnya, dan nampaknya juga tidak terlalu menimpa motor karena masih ada sedikit ruang. Aku beristighfar dan teringat doa yang diajarkan ustadz lani tadi pagi , yaitu ayat terakhir dari surat at-taubah, aku membacanya berulang-ulang”hasbiyallohu lailaaha illa huu alaihi tawakkaltu wahuwa robbul arsyil azhiim” akhirnya aku putuskan untuk segera keluar dari parkiran, motorpun aku dorong tapi tetap dinaiki.

mendekati pemeriksaan STNK aku coba selah motorku dan Alhamdulillah nyala juga mesinnya, aku terus mainkan gasnya agar stabil, akhirnya akupun keluar juga dari parkiran, beberapa menit berlalu HPku bordering, kuangkat ternyata dari teh bonit, “kang sae posisi dimana,nanti bareng dengan kang Miftah dan yang lainnya ya”katanya. Oke teh bilang aja agar mereka menunggu di dekat pintu utama”kataku.

Di sebrang pintu utama ragunan aku lihat kang Miftah dan kang iqbal serta Albi sudah menunggu, mereka berboncengan, dan didepannya ada teh Winda dan Teh Rhepi, aku segera memimpin rombongan dan memacu kendaraanku 20-40 km/jam dengan berjalan di jalur kiri, maklumlah karena aku yang tau rumahnya kang opik. Kami berjalan beriringan, sebelum akhirnya di lampu merah ragunan aku hanya melihat teh Winda dan Teh Rhepi saja di belakangku, sedang kang Miftah entah kemana….

Lepas dari lampu merah aku segera memberi lampu sent ke kiri dan menghentikan motorku dan teh winda mengikuti, naluri Riderku terpanggil aku khawatir kang Miftah salah belok, tapi ternyata dugaanku salah,,kang Miftah kan orang depok, dia cukup menguasai jalanan.. 

setelah beberapa menit menunggu tak kunjung tampak, aku mengajak Teh winda untuk melanjutkan perjalanan…aku memacu motorku agak cepat untuk menyetabilkan mesin, tapi ternyata teh winda tak bisa mengimbangi, sehingga di saat aku akan belok kanan kearah pejaten Village dia tidak melihatku, sehingga ia lurus saja..lagi-lagi naluri Riderku terpanggil, maklumlah gini-gini juga aku sudah beberapa kali memimpin rombongan touring keluar kota,he,he (songong.com)…

aku segera mengejar motor teh winda yang sudah agak jauh, ketika mendekatinya aku segera memberi klakson dan menyalakan lampu sent kanan agar dia mengikutiku berputar arah..akhirnya kami mengambil jalan Fatahilah dan tembuh dirumah sakit Siaga, dan sampailah dirumah kang Opik.

Sesampainya dirumah kang Opik, aku hanya mendapati kang Opik yang sedang beres-beres dan juga kang Mubarok yang sudah sarungan,he,he aya-aya wae…setelah ku Tanya ternyata rombongan akhwatnya belum tiba, aku dan kang Opik segera melaksanakan shalat ashar di masjid darun naim. Usai shalat ashar ternyata kang miftah dan kang iqbal sudah tiba dan juga para akhwatpun sudah tiba..dan juga teh fatonah sudah menghidangkan teh panas yang mantap..acara kami awali dengan sesi pemotretan,he,he…dokumentasi maksudnya, karena spanduk yang ditunggu-tunggu baru datang. Berbagai pose saya ambil sebisa mungkin, lumayan dapat beberapa jempretan untuk mengabadikan moment2 indah itu..

Usai sesi foto-foto teh Bonit Izin untuk pulang duluan karena ada urusan lain…ya gak ikut sesi perkenalan dech…kemudian agenda kami lanjutkan dengan makan siang sesi 2(lebih tepatnya makan sore)..usai makan barulah kita buka secara resmi…acara dipandu oleh Host kondang dari Demak…dialah kang Mubarok,he,he..kemudian sambutan dari teh Rhepi denga sesuatu bangetnya…kemudian cerita dari kang miftah tentang aku, dia dan kita semua…diiringi alunan gitar menjelang maghrib….

Adzan maghribpun berkumandang kami jeda sesaat untuk sholat maghrib berjanji melanjutkan seusai shalat magrib dengan sesi perkenalan, tukar kado dan pengumuman pemenang RUMI AWARD.

Inilah sesi yang ditunggu-tunggu, sesi perkenalan, beberapa orang sudah saling kenal lewat kopdar part 1 tapi banyak juga yang belum, termasuk aku sebagai pendatang baru, perkenalan dimulai dari kang Iqbal dari purwokerto yang kalem dan unik, kemudian teh Fatonah yang menyampaikannya dengan singkat,jelas dan padat, teh lala, teh harumi, teh lies, teh Nada, kang Miftah, kang sae dan kang Mubarok, teh winda dan teh Rhepi tak ikut sesi ini karena izin pulang duluan, juga kang Opik yang lagi keluar. Semuanya saling bertanya dan bercerita tentang pribadi masing-masing,,,,luar biasa semakin erat ikatan ukhuwah kita ketika sudah saling mengenal pribadi masing-masing…

Sesi terakhir adalah pengumuman RUMI AWARD, walaupun banyak pemenag yang tak hadir tapi, beberapa orang yang hadir cukup mewakili kemeriahan malam itu, ada kang Iqbal sebagai pemenang katagori Ter-Gokil, teh Rumi katagori Ter-Polos dan Teh Lies pemenang katagori Ter- pemalu, dan acarapun ditutup denga do’a yang diamanahkan kepadaku, semua berdo’a dengan khusu dan merendahkan diri dihadapan Alloh.
Berakhirlah sudah KOPDAR RMer part 2 menyisakan segudang kisah indah dalam bingkai ukhuwah…


Jazakumulloh khoiron katsiron atas ukhuwah yang terjalin…
Semoga kita selalu berhimpun dalam taat kepada-Nya
Dalam cinta kepada-Nya dalam dakwah dijalan-Nya
Sungguh terlalu banyak kata yang tak mampu terucap, hanya do’a dan syukur kepada-Nya


Ini bukan cerita hanya goresan insan yang coba memaknai kehidupan

Rabu, 25 Mei 2011

"UDIN PALSU"

Aslmkm..
Kawan………… ini adalah  sebuah kisah yang kualami beberapa tahun yang lalu…
Cerita ini berawal ketika aku sedang lembur dikantor…diawal-awal aku mengajar  di sebuah madrasah diniyah di daerah pejaten timur, pasar minggu.
Malam itu jam tanganku menunjukkan jam 20.00 wib ketika aku memutuskan untuk pergi kekantor menyelesikan sebuah pekerjaan yang belum selesai, maklum letak asrama dan kantorku hanya beberapa langkah saja..

**********

Sesampainya dikantor aku langsung menyalakan komputer di meja kerjaku, sebuah komputer pentium III  usang yang selama beberapa bulan ini selalu menemaniku menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Udara malam itu cukup membuatku gerah, sehingga tanpa diperintah tubuhku bergerak menuju sebuah tomboh. Ya, tombol kipas angin tentunya. Putaran demi putaran kipas angin tersebut seolah sebuah irama yang menemaniku menyelesaikan pekerjaanku.

Selama beberapa  menit jari-jariku menari-nari di atas keyboard yang sudah mulai gak nyaman disentuh jari-jariku..sebelum akhirnya jari-jariku berhenti ketika sebuah bunyi memekakkan telingaku, sebuah dering telephon yang berada tepat di sampingku..sebelum ku angkat gagang telephone tersebut...hatiku bertanya-tanya.”siapa sih malam-malam nelephone ke kantor?”.
Gagang telephonepun ku angkat..dan sebuah ucapan salam pun melucur dari mulutku..
“Asalamualaikum..MD asy selamat malam”.lalu terdengarlah sebuah suara lembut diujung telephone.
“wa alaikum salam..bisa bicara dengan Audin?”.ternyata suara seorang wanita yang menurut perkiraanku berumur antara 20-23 th mendengar pertanyaan tersebut  lidahku reflex saja berkata..
“iya saya sendiri”. lalu wanita itupun melanjutkan pembicaraannya..
“ini Feti Aa, besok Feti wisuda..Audin bias datang ga?..oiya ini bapak mau bicara”.lalu terdengarlah sebuah suara laki-laki setengahbaya..
“Din ini bapak..bapaknya feti..besok si Feti mau wisuda, kamu bisa datang ga? “. Lalu tanpa pikir panjang  aku pun segera menjawab..
“Insya Allah pak..dimana?dan jam berapa mulainya  ?”. lalu bapaknya Feti pun menjawab..
“di IPB Fakultas Kesehatan Masyarakat..jurusan gizi Masyarakat..wisudanya jam 14.00 wib, kamu besok kalo mau datang, ke kosannya Feti dulu ya..di depan kampus IPB..entar kita berangkat bareng, oiya ni nomor HP bapak kamu catat..0813xxxxxxx”. lalu akupun segera mencatat nomor HPnya..dan telephonepun di akhiri oleh sebuah salam yang penuh kekeluargaan dan dialeg khas orang sunda..


Kawan…seb enarnya  aku setengah tak sadar ketika menjawab telephon    tadi…entah apa yang membuatku demikian…
Beberapa menit aku terdiam dan langsung berfikir..siapa ya Feti itu? Seingatku aku tak punya saudara yang bernama Feti, ah..mungkin adik kelasku waktu SMU, karena memang banyak adik kelasku yang kuliah di IPB.

 Tapi.. kalau diingat-ingat lagi memang tak ada adik kelasku yang bernama Feti yang kuliah di IPB, lagian buat apa pula mereka mengundangku datang..tak ada urusannya. Untuk menghilangkan kebimbanganku tersebut aku segera menelephone seorang teman di Bogor yang kebetulan dia adalah seorang yang sangat aktif ketika di SMU dan dia kenal semua adik kelas yang kuliah di IPB bahkan dia pun sering bersilaturahim ke kampus IPB.

Oiya kawan…temanku bernama Dindin..dia adalah salah seorang mahasiswa UIKA (Universitas Ibnu Khaldun Bogor ) dia aktif di organisasi kemawasiswaan KAMMI bahkan dia menjabat posisi  penting di KAMDA Bogor..dia adalah seorang teman yang menjadi saksi perantauanku pertama kali ke Bogor, karena dialah yang pertama kali meyakinkanku untuk berjuang menghadapi sebuah perantauan bersama seorang teman lagi, yaitu Iwa, yang sekarang aku sudah tak tau lagi kabarnya..tapi do’a ku insya Alloh selalu menyertainya..untuk kisah perantauanku akan aku ceritakan ditempat lain…

******

Di telephone aku segera menceritakan kejadian yang baru saja terjadi, dindinpun berkata ..
“kenapa ente gak tanyain detail..seingat ana gak ada alumni SMU kita yang namanya Feti,  Fakultas kesehatan masyarakat, jurusan gizi masyarkat pula.he,he..temen-temen dan adik kelas kita banyaknya ngambil Fakultas Pertanian atau peternakan, mungkin itu saudara ente kali?” saya pun segera menjawab..
“kayaknya ga ada saudara ane yang kuliah di IPB din, ya udah din, besok ente kalau ada waktu bisa temenin ana ke IPB ga?”.dindin pun menjawab..
“Iya insya Allah..kebetulan ana ada motor temen nih bisa di pinjam, ente besok ke tempat ana dulu ya..”
“Iya din..Jazakallah khair, wassalamualaikum”. Aku pun segera menutup pembicaraan.

Di dalam pikiranku masih berkecamuk bebagai pertanyaan siapa Feti itu? Kok dia tau nomor telephone kantorku? Apakah mungkin telephone tadi bukan untukku?.
Kawan…. aku langsung teringat kalau di tempatku mengajar ada beberapa teman yang namanya berakhiran din /udin, diantaranya ada pak Zaenudin, Pak Matrudin, pak Pachrudin aris, Pak Moh. Sayfuddin Zuhri, dan aku sendiri Saepudin. Tapi dari beberapa nama tersebut tak ada yang panggilannya udin.
Pak Zaenudin Panggilannya Pak Zay
Pak Matrudin paanggilannya pak Mat
Pak Fachrudin aris panggilannya pak Aris
Kecuali pak Moh. Sayfuddin zuhri, panggilannya  adalah pak udin, tapi beliau bukan orang sunda. Beliau asli nganjuk, jawa timur.
Panggilanku dari dulu udin, tapi karena di sekolahku udah ada yang dipanggil Pak udin, maka akupun mendapat panggilan baru yaitu pak sae/pak Say sampai sekarang.

******

Aku semakin bingung, tapi tadi aku sudah janji akan menghadiri wisuda Feti besok sekaligus menjawab rasa penasaranku tentang siapa sebenarnya orang yang menelephoneku tadi, aku pun sudah tak semangat melanjukan pekerjaanku yang tertunda tadi dan komputerpun segera kumatikan. lalu aku bergesas pulang untuk beristirahat.
Keesokan harinya aku meminta ijin kepada kepala sekolah bahwa aku tidak bisa hadir karena ada urusan keluarga, dan tanpa banyak basa-basi lagi kepala sekolahpun mengijinkannya. Karena beliau percaya penuh kepadaku dan paham betul siapa diriku, aku tidak akan ijin kalau tidak ada kepentingan yang benar-benar penting.

******

Siang itu langit pejaten timur begitu indah..langit biru berhiaskan awan yang berarak bebas, seolah setiap gerak mereka adalah tasbih kepada Tuhannya yang Maha Indah dan mencintai keindahan, sekelompok burung gereja begitu riang bermain-main di sebuah pohon buni yang rindang dihalaman sekolahku, mereka loncat dari satu dahan ke dahan lain sambil menyanyikan nyanyian khasnya cicit..cuit.. Saat itu pula langkah demi langkah ku ayun menuju sebuah stasiun kereta api, ya..stasiun kereta api pasar minggu baru tentunya, karena stasiun itulah yang terdekat dari tempat tinggalku dan bisa ditempuh hanya dengan berjalan kaki.

Kurang lebih sepuluh menit waktu yang kubutuhkan untuk sampai di stasiun pasar minggu baru, aku bergegas menuju ke sebuah loket untuk membeli tiket.  Loket yang biasanya selalu dipadati oleh antrian, siang itu terlihat agak lengang. Hanya terlihat dua orang petugas loket yang sedang sibuk dengan setumpuk tiket yang sedang mereka beri stempel, sebelum akhirnya mereka berhenti ketika aku berkata..
“Bogor satu pak..!” kataku. Lalu petugas tiket pun segera menyodorkan selembar tiket dan berkata
“Dua ribu lima ratus”katanya. Ya dua ribu lima ratus saja harga tiket ekonomi jakarta-bogor. Sungguh harga yang sangat murah jika dibanding dengan jarak tempuh yang cukup jauh.
Aku segera mengeluarkan recehan dua ribu lima ratus rupiah dari kantongku dan berbegas menuju peron sebelah kanan, peron yang saat itu tidak hanya dipenuhi oleh para calon penumpang yang menunggu kedatangan KRL, tapi juga para pedagang kaki lima dan pedagang asongan. Tapi pemandangan itu sekarang sudah tidak ditemukan lagi setelah PT. KAI meningkatkan pelayanannya dengan membuat peraturan dan sanksi untuk kenyamanan dan ketertiban di stasiun dan juga didalam kereta.

*******

Aku menempati gerbong ketiga dari depan, suasanananya tidak terlalu padat karena mungkin bukan jam orang-orang berangkat kerja ataupun pulang kerja, tapi tetap aja kawan, sekosong-kosongnya kereta ekonomi  aku tak dapat tempat duduk. Aku berdiri mendekai pintu agar lebih sejuk dihempas angin  kencang KRL.

Kalau kita amati memang sungguh dramatis setiap kejadian yang kita jumpai di dalam KRL, para pedagang lalu lalang menawarkan dagangannya, para pengemis silih berganti menadahkan tangan mengaharap belas kasihan para penumpang, dan juga para pengamen yang silih berganti menunjukkan kebolehannya bak acara konser music saja kawan…tapi dalam hati kecilku aku merasa salut dengan perjuangan mereka semua kawan..mereka begitu gigih mengumpulkan keping-demi keping rupiah dan tak pernah berhenti berkreasi.

***********

Hampir satu jam aku berdiri berdesak-desakan didalam kereta dengan berbagai pemandangan yang dramatis itu hingga akhirnya kereta pun mengantarkanku ketujuan utamaku, stasiun Bogor yang juga stasiun terakhir..ya kurang lebih 12 stasiun yang dilewati antara ps.minggu – Bogor.
Keretapun berhenti dan penumpangpun berhamburan keluar dari gerbong, belum sampaipun seluruh penumpang keluar, dari luar para calon penumpang baru sudah menyerobot masuk dan berebut tempat duduk..begitulah potret perkeretaan Indonesia, yang entah kapan kita dapat menikmati kenyamanan transportasi masal yang nyaman dan bebas macet seperti di luar negri katanya..???
Aku bergegas mempercepat langkahku meninggal stasiun Bogor ditengah kerumunan orang banyak yang sebelumnya harus menghadapi pemeriksaan karcis di pintu keluar, Alhamdulillah aku aman, karena aku penumpang yang baik, he,he..


Sebelum aku meniki sebuah angkot hijau bernomor 07, aku sempat melewati sebuah kedai bubur ayam langgananku. Biasanya aku menyempatkan mampir untuk menikmati semangkuk bubur ayam panas yang khas itu, tapi aku buru-buru ingin cepat sampai dikosan temanku. Angkot hijau itupun segera memacu lajunya membawaku menyusuri jalanan dikota Bogor. Entah berapa belokan yang sudah aku lalui hingga angkot hijau itupun sampai disebuah perumahan. Perumahan bukit cimanggu namanya, tempat kawanku ngekos.

Aku sudah berdiri di depan sebuah pintu kosan didekat mushola At-Taqwa…
  Pintupun ku ketuk diiringi salam..”tok,tok..assalamualaikum”.  pintupun dibukan dan terpampanglah didepanku seorang laki-laki berperawakan tidak terlalu tinggi, juga tidak terlalu gemuk, sedang-sedang saja dengan kulit sawo matang. Dialah dindin temanku, teman seperjuanganku.
“waalaikumsalam, dah nyampe aja ente. Ayo masuk”. Dengn senyum Diapun mempersilakanku ramah selayaknya seorang teman yang jarang sekali jumpa, setelah beberapa saat berbincang, kami pun segera berangkat menaiki sebuah sepeda motor yang katanya punya temennya dindin.

Laju sepedamotor kami hanya 40-60 km/jam saja, karena jalanan kota bogor siang itu cukup padat dengan angkot yang berjubel yang seenaknya saja menaik turunkan penumpang.
Matahari siang itu bersinar cerah, tapi teriknya tak begitu mambakar ,mungkin karena udara kota Bogor masih cukup sejuk kale ya…

Diperempatan  kebon pedes, makin terasa kemacetan..maklum saat itu sedang terjadi pelebaran jalan baru. Dan  perempatan itulah sekarang sudah menjadi sebuah jalan besar dengan fly over kea rah parung.
Sepeda motor kami sudah melewati terminal Bubulak, sebelum akhirnya dindin memutuskan untuk melalui sebuah jalan alternatif, ya jalan tikuslah menurut bahasaku..

Akhirnya sampai  juga aku dikampus kebanggan orang Bogor..kampus kebanggaan bangsa Indonesia juga tentunya…kampus yang begitu luas..sejuk asri dan indah..kenapa aku dulu gak punya cita-cita kuliah disini ya..?. ah entahlah kawan kalau diceritakan panjang.
Ini adalah kesekian kalinya aku berkunjung kesini, setelah sebelumnya aku pernah di ajak oleh dindin menemui seorang kawan satu smu disini.
Setelah memarkir motor aku segera menelephon bapaknya Feti..
“Assalamualaikum pak, sekarang posisi dimana?”
“waalaikumsalam, iya din bapak di gedung Wijaya kusuma, wisudanya udah mulai..kamu kesini aja..”
“oiya pak, saya segera kesana”.aku segera mengakhiri pembicaraan. Dan aku segera bertanya kepada din-din..
“din, ente tau gak gedungnya..”
“wah kalau gedungnya sih saya gak hafal persisnya, maklum dah lama juga gak kesini..kan terakhir ma ente kesini…tapi  tar kita Tanya aja ama temen ane yuk..”. kami pun segera memhampiri seorang teman tak jauh dari parkiran motor kami…

Setelah berbasa-basi teman tersebut mengantarkan kami ke tempat yang di tuju..hatiku sempat agak berdebar juga ketika masuk keaudutorium tempat wisuda itu, apa lagi dindin gak mau diajak masuk katanya “ane nunggu diluar aja ya”.

Di ruang auditorium ini memang sedang terjadi prosesi wisuda..aku lihat ada sekitar dua puluh orang wisudawan dan wisuda wati yang mengikuti prosesi  tersebut. Bangku undangan pun tidak terlalu padat nampaknya..aku duduk dikursi undangan paling belakang..ku amati satu-persatu wajah para wisuda wati  itu..tapi tak ada satu pun wajah yang aku kenal..begitupun di bangku undangan, tak satupun orang yang aku kenal..biar orang gak curiga akupun mengeluarkan kamera digital disaku celanaku dan menyempatkan mengambil beberapa gambar. Camera digital yang sengaja aku bawa dari Jakarta..kamera pinjaman punya sekolah.

Satu demi satu prosesi wisuda berlangsung..hingga akhirnya wisudapun usai dan para wisudawan/wati serta para undangan meninggalkan ruang auditorium. Tinggal aku dan bebera orang saja..tiba-tiba hp disakuku berdering..kulihat ternyata dari bapaknya Feti..
“din, kamu dimana..? wisuda dah selesai bapak dah diluar ni..bapak tunggu di dekat tenda ya”
“iya pak saya masih di auditorium, saya segera kesana..”
Aku segera menuju tempat yang dimaksud, sebelumnya aku bilang sama din-din untuk menunggu saja ditempat tadi…

Dari kejauhan aku melihat seorang laki-laki setengah baya berdiri dibawah tenda membelakangiku
Hatiku berdebar”mungkin ini kali bapaknya Feti..?”.aku segera menghampirinya..
“assalamualaikum pak,bapak bapaknya Feti?”.orang itupun berbalik dan agak sedikit kaget dia menjawab..
“waalaikum salam..iya,kamu udin?”
“iya pak saya udin” aku segera menyalaminya dan memeluknya seolah olah dah kenal dekat alias SKSD (so kenal so dekat). Tapi aku tak habis piker, kenapa bapak itu tak ada rasa curiga sedikitpun kepadaku, malah dia berkata..
“din, si Fetid an keluarga yang lain udah nunggu diparkiran..yuk mendingan kita kesana..”ajaknya.
Akupun menurut saja…dari  kejauhan aku melihat beberapa orang didalam sebuah mobil yang terbuka pintunya, sedang bercanda ria, nampaknya mereka adalah sebuah keluarga. Nampak seorang nenek, seorang anak muda, seorang wanita setengah baya, dan seorang wanita cantik berwajah khas sunda, aku bisa menebak bahwa dia adalah Feti yang dimaksud.

Ketika kami semakin mendekat, tampak keheranan diwajah mereka. Mungkin dalam benak mereka bertanya”siapa yang dibawa bapak”..
Akupun sudah berada dihadapan mereka”sebelum akhirnya bapaknya Feti berkata..kepada seorang wanita yang ku tebak tadi..ternyata tebakanku tidak meleset…
“Feti ni si Udin!” lalu spontan saja semua orang yang berada dimobil melihat kearahku dan berkata..
“hah…udin..??? bahkan Feti berkata.
“itu bukan Audin pak.!” Nenek yang tadi terheran-heran pun nyeletuk..
“itu UDIN PALSU”!!
Sebelum urusan menjadi runyam aku segera angkat bicara..
“saya temennya udin pak..bapak yang nelepon kenomor.02179XXXX semalam kan?
“iya”katanya
“bapak dapat nomor itu dari mana?”
“si udin ngasih nomor itu waktu dia ke majalengka..katanya itu nomor kantornya”lanjutnya
“terus udin yang bapak maksud siapa..?
“itu keponakan saya, katanya dia ngajar di pejaten timur..kalau rumahnya katanya di sawangan..”
Mendengar kata sawangan pikiranku langsung tertuju ke pak Zaenudin/pak zay..aku baru ingat kalau panggilan kecil dia adalah Udin..akupun berkata..
“oh…yang bapak maksud itu temen saya Zaenudin..panggilannya Pak zai, rumahnya emang disawangan..ni nomor Hpnya kalau gak percaya bapak langsung bicara aja ama dia” akupun segera menyambungkan pembicaraan ke pak zay temen ku…aku tidak tidak terlalu jelas mendengar pembicaraan mereka. Tapi yang pasti pak zay membenarkan bahwa aku adalah temannya…
Kemudian Bapaknya Feti pun berkata..
“maaf yang mas saya salah orang yg saya maksud yaitu zaenudin keponakan saya,….nanti kalo ketemu dia, tolong sampaikan bahwa neneknya ingin ketemu . besok datang aja kekosannya Feti gitu”katanya
“iya insya Allah saya sampaikan..saya juga mohon maaf udah ngaku-ngaku udin..tapi emang nama saya udin,he..he..
Kamipun tertawa semuanya atas kejadian itu..wkwkwk

******

Tapi selalu ada hikmah dari setiap kejadian…
Setelah peristiwa itu akupun segera kembali keJakarta dan menceritakan semua kejadian itu pada temenku pak zaenudin…diapun tertawa mendengar ceritaku. Sebelum akhirnya dia bercerita padaku bahwa yang aku temui itu adalah keluarganya dari majalengka..keluarga yang sudah cukup lama lost contac sampai aku datang menhubungkan mereka lewat paristiwa itu..bahkan pak zaenudinpun memintaku untuk menemaninya menemui keluarganya yang masih di IPB, tepatnya dikosannya Feti. Tetapi  mereka sudah keburu pulang ke majalengka..hanya tinggal Feti saja yang memang masing menyelesaikan urusannya dikampus.
Saat ditemui Feti sangat bahagia bertemu keluarganya yaitu Zaenudin mereka bercerita panjang lebar tentang keluarga mereka..aku hanya jadi pendengar yang baik saja..sebelum Feti Menyindirku dan berkata kepada Zaenudin “Audin,.. kemaren nenek kaget lho… katanya ada UDIN PASLU,he,he..”sambil melirik kearahku..akupun tertawa aja atas ketololanku itu….mulai saat itu silaturahmi antara kedua keluarga yang sudah lama renggang itu kembali erat..dan mereka sering berkomunikasi..bahkan ketika ada salah seorang orang tua Zaenudin yang kena struk di sawangan..keluarga Feti pun mengirim bantuan biaya untuk pengobatannya.
Kawan…Pengalaman ini banyak pelajarannya bagiku